Pages

Sunday, May 1, 2011

Ya Rasulullah.

Salam alaik.

Cuba kita ingat kembali hadis2 Rasulullah saw yang menyatakan kecintaannya pada Umatnya.

“Diantara umatku yang paling mencintaiku adalah orang-orang yang hidup selepasku, salah seorang dari mereka sangat ingin melihatku walaupun terpaksa menebus dengan keluarga dan harta.” [HR Muslim].

Ada kisah pada zaman Rasulullah saw, bagaimana sahabat menyatakan kecintaannya pada Rasulullah saw.

“Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih kucintai daripada diriku, dan anakku,” kata seorang sahabat suatu hari kepada Rasulullah Muhammad saw. “Apabila aku berada di rumah, lalu kemudian teringat kepadamu, maka aku tak akan tahan meredam rasa rinduku sampai aku datang dan memandang wajahmu. Tapi apabila aku teringat pada mati, aku merasa sangat sedih, karena aku tahu bahwa engkau pasti akan masuk ke dalam surga dan berkumpul bersama nabi-nabi yang lain. Sementara aku apabila ditakdirkan masuk ke dalam surga, aku khawatir tak akan bisa lagi melihat wajahmu, karena derajatku jauh lebih rendah dari derajatmu.”

Mendengar kata-kata sahabat yang demikian mengharukan hati itu, Nabi tidak memberi sembarang jawaban sampai malaikat Jibril turun dan membawa firman Allah berikut:

“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah; iaitu nabi-nabi, para shiddiqin, syuhada dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. 4:69)



Juga pasti kalian pernah mendengar kisah umat yang Rasulullah saw cintai. Siapakah umat itu?

Suasana di majlis pertemuan itu hening sejenak. Semua yang hadir diam membatu. Mereka seperti sedang memikirkan sesuatu.

Lebih-lebih lagi Saidina Abu Bakar.

Itulah pertama kali dia mendengar orang yang sangat dikasihi melafazkan pengakuan demikian.
Seulas senyuman yang sedia terukir dibibirnya pun terungkai.
Wajahnya yang tenang berubah warna.

"Apakah maksudmu berkata demikian wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu? " Saidina Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mula menyerabut fikiran.

"Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku (ikhwan)," suara Rasulullah bernada rendah.

"Kami juga ikhwanmu, wahai Rasulullah," kata seorang sahabat yang lain pula.

Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum.

Kemudian baginda bersuara, "Saudaraku ialah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku sebagai Rasulullah dan mereka sangat mencintaiku. Malahan kecintaan mereka kepadaku melebihi cinta mereka kepada anak-anak dan orang tua mereka."

Pada ketika yang lain pula, Rasulullah menceritakan tentang keimanan 'ikhwan' baginda: "Siapakah yang paling ajaib imannya?" tanya Rasulullah.

"Malaikat," jawab sahabat.

"Bagaimana para malaikat tidak beriman kepada Allah sedangkan mereka sentiasa hampir dengan Allah," jelas Rasulullah.

Para sahabat terdiam seketika. Kemudian mereka berkata lagi, "Para nabi."

"Bagaimana para nabi tidak beriman, sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka."

"Mungkin kami," celah seorang sahabat.

"Bagaimana kamu tidak beriman sedangkan aku berada ditengah-tengah kau," pintas Rasulullah menyangkal hujah sahabatnya itu.

"Kalau begitu, hanya Allah dan Rasul-Nya sahaja yang lebih mengetahui," jawab seorang sahabat lagi, mengakui kelemahan mereka.

"Kalau kamu ingin tahu siapa mereka? Mereka ialah umatku yang hidup selepasku. Mereka membaca Al Quran dan beriman dengan semua isinya. Berbahagialah orang yang dapat berjumpa dan beriman denganku. Dan tujuh kali lebih berbahagia orang yang beriman denganku tetapi tidak pernah berjumpa denganku," jelas Rasulullah.

"Aku sungguh rindu hendak bertemu dengan mereka," ucap Rasulullah lagi setelah seketika membisu.

Ada berbaur kesayuan pada ucapannya itu.

Allah, adakah kita ikhwan yang dimaksudkan oleh baginda saw? adakah kita ikhwan setelah kita melihat pelbagai kemungkaran di sekeliling kita? Masih mengaku ikhwan kalau nafsu masih menguasai iman di dada? Ikhwankah kita kalau sunnah baginda kita ketepikan? Adakah ikhwan diri ini jika sirahnya kita tidak teladani? Ya Allah~

Video di bawah ini sangat menarik. betul2 menyentuh hati.


Mari kita cuba renungi bagaimana Islam itu mula bertapak dan bagaimana puncak kegemilangan Islam itu, ketika Islam dihina dan Islam itu ditindas.

Saya syorkan bagi rakan2 mahasiswa, silalah menguasai Fiqh Al-Sirah. Tanamlah semangat perjuangan baginda Rasulullah saw dalam hati kita.

Dahulu Islam itu datang dengan asing dan pastinya akan pergi dalam keadaan asing. Tanggung jawab kita lah untuk menghidupkan kembali Sunnah baginda, pada atas diri inilah Islam itu wajib dibangunkan semula.

Ayuhlah muhasabah lah pada diri kalian, tak terkecuali pada diri ini. Allah

No comments: