Monday, May 31, 2010
Luahan hati saya.
Sunday, May 30, 2010
Lihat video ini. Pasti bersemangat!
Saturday, May 29, 2010
Penagih seks yang kaya. Jaga2 ya korang.
Thursday, May 27, 2010
Gurau senda Rasulullah saw.
Suatu hari seorang perempuan datang kepada beliau lalu berkata,
"Ya Rasulullah! Naikkan saya ke atas unta", katanya.
"Aku akan naikkan engkau ke atas anak unta", kata Rasulullah SAW.
"Ia tidak mampu", kata perempuan itu.
"Tidak, aku akan naikkan engkau ke atas anak unta".
"Ia tidak mampu".
Para sahabat yang berada di situ berkata,
"bukankah unta itu juga anak unta?"
Datang seorang perempuan lain, dia memberitahu Rasulullah SAW,
"Ya Rasulullah, suamiku jatuh sakit. Dia memanggilmu".
"Semoga suamimu yang dalam matanya putih", kata Rasulullah SAW.
Perempuan itu kembali ke rumahnya. Dan dia pun membuka mata suaminya. Suaminya bertanya dengan keheranan, "kenapa kamu ini?".
"Rasulullah memberitahu bahwa dalam matamu putih", kata istrinya menerangkan. "Bukankah semua mata ada warna putih?" kata suaminya.
Seorang perempuan lain berkata kepada Rasulullah SAW,
"Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar aku dimasukkan ke dalam syurga". "Wahai ummi fulan, syurga tidak dimasuki oleh orang tua".
Perempuan itu lalu menangis.
Rasulullah menjelaskan, "tidakkah kamu membaca firman Allah ini,
Serta kami telah menciptakan istri-istri mereka dengan ciptaan istimewa, serta kami jadikan mereka senantiasa perawan (yang tidak pernah disentuh), yang tetap mencintai jodohnya, serta yang sebaya umurnya".
Para sahabat Rasulullah SAW suka tertawa tapi iman di dalam hati mereka bagai gunung yang teguh. Na'im adalah seorang sahabat yang paling suka bergurau dan tertawa. Mendengar kata-kata dan melihat gelagatnya, Rasulullah turut tersenyum.
Wednesday, May 26, 2010
Fatimah Az-Zahra dan Gandum
Rasulullah SAW berkata kepada gilingan tersebut, "berhentilah berputar dengan izin Allah SWT", maka penggilingan itu berhenti berputar lalu penggilingan itu berkata-kata dengan izin Allah SWT yang berkuasa menjadikan segala sesuatu dapat bertutur kata. Maka katanya dalam bahasa Arab yang fasih, "ya Rasulullah SAW, demi Allah Tuhan yang telah menjadikan baginda dengan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya, kalaulah baginda menyuruh hamba menggiling syair dari Masyriq dan Maghrib pun niscaya hamba gilingkan semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab Allah SWT suatu ayat yang berbunyi : (artinya)
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya para malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dititahkan-Nya kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan".
Maka hamba takut, ya Rasulullah kelak hamba menjadi batu yang masuk ke dalam neraka. Rasulullah SAW kemudian bersabda kepada batu penggilingan itu, "bergembiralah karena engkau adalah salah satu dari batu mahligai Fathimah az-zahra di dalam sorga". Maka bergembiralah penggilingan batu itu mendengar berita itu kemudian diamlah ia.
Rasulullah SAW bersabda kepada anandanya, "jika Allah SWT menghendaki wahai Fathimah, niscaya penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah SWT menghendaki dituliskan-Nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh Nya beberapa kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu beberapa derajat. Ya Fathimah, perempuan mana yang menggiling tepung untuk suaminya dan anak-anaknya, maka Allah SWT menuliskan untuknya dari setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat.
Ya Fathimah perempuan mana yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya maka Allah SWT menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit. Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci pakaian mereka maka Allah SWT akan mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang. Ya Fathimah, perempuan mana yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya maka Allah SWT akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautshar pada hari kiamat.
Ya Fathimah, yang lebih utama dari itu semua adalah keridhaan suami terhadap istrinya. Jikalau suamimu tidak ridha denganmu tidaklah akan aku do'akan kamu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fathimah bahwa ridha suami itu daripada Allah SWT dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah SWT?. Ya Fathimah, apabil seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya maka beristighfarlah para malaikat untuknya dan Allah SWT akan mencatatkan baginya tiap-tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan darinya seribu kejahatan. Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan maka Allah SWT mencatatkan untuknya pahala orang-orang yang berjihad pada jalan Allah yakni berperang sabil. Apabila ia melahirkan anak maka keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ibunya melahirkannya dan apabila ia meninggal tiadalah ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa sedikitpun, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman sorga, dan Allah SWT akan mengkaruniakannya pahala seribu haji dan seribu umrah serta beristighfarlah untuknya seribu malaikat hingga hari kiamat.
Perempuan mana yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang benar maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya semua dan Allah SWT akan memakaikannya sepersalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya seribu kebaikan dan dikaruniakan Allah untuknya seribu pahala haji dan umrah. Ya Fathimah, perempuan mana yang tersenyum dihadapan suaminya maka Allah SWT akan memandangnya dengan pandangan rahmat. Ya Fathimah perempuan mana yang menghamparkan hamparan atau tempat untuk berbaring atau menata rumah untuk suaminya dengan baik hati maka berserulah untuknya penyeru dari langit (malaikat), "teruskanlah 'amalmu maka Allah SWT telah mengampunimu akan sesuatu yang telah lalu dari dosamu dan sesuatu yang akan datang". Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyak-kan rambut suaminya dan janggutnya dan memotongkan kumisnya serta menggunting kukunya maka Allah SWT akan memberinya minuman dari sungai-sungai sorga dan Allah SWT akan meringankan sakarotulmaut-nya, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman sorga seta Allah SWT akan menyelamatkannya dari api neraka dan selamatlah ia melintas di atas titian Shirat".
Monday, May 24, 2010
Rela dimasukkan ke Neraka.
Sunday, May 23, 2010
Mangkuk yang cantik,madu dan sehelai rambut.
Abubakar r.a. berkata, "iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut".
Umar r.a. berkata, "kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Utsman r.a. berkata, "ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber'amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
'Ali r.a. berkata, "tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumanya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Fatimah r.ha.berkata, "seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yangtak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Rasulullah SAW berkata, "seorang yang mendapat taufiq untuk ber'amal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, ber'amal dengan 'amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat 'amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Malaikat Jibril AS berkata, "menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri; harta; dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Allah SWT berfirman, " Sorga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat sorga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju sorga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Khatamkan Al-Quran setiap kali sebelum tidur.
Saturday, May 22, 2010
Pahala seperti bintang di langit.
Luahan doktor2 di Malaysia.
After reading the news for 3 times, I called a very close friend, an MD (UKM) graduate to ask his opinion on how the news might have affected him. He has been working in Singapore for more than a decade as a Consultant Surgeon with a certain sub-specialty
"Why be a slave in your own country, when you are a king in another?" He replied.
Indeed, if anybody would want to find a reason why all of us left, either after housemanship, after being a specialist, or even after sub specializing, and now, even prior to doing housemanship, they need not look at our payslip, or the wealth that we have gained overseas, but only to the Medical System that has been rotting in the ignorance and politic-based stupidity that Malaysia has been well-known for (in the medical field).
I have served the system for nearly 2 decades of my career, waiting for it to improve for so long, and only finding myself in despair, quitting with a 24-hour notice and serving abroad. The system is, in my opinion, keeping doctors, since the beginning of their career as House Officers to the end of it, in the lowermost priority. When I was working there, doctors are so ill-treated, while the nurses and the medical assistants are overpowering us.
I still remember the days when I was doing seeing patients and rounds as an MO, while the staff nurses would mind their own business, having breakfast in the pantry, or having gossip chats at their own leisure. My House Officers would then have to do merely all the labour-work, up to the extent of setting intravenous drips, and serving medications. If I am to expect the nurses, my patients would have been dead, or the work would have been too slowly or incompletely done.
When I was a House Officer, I had to run down 4-5 floors just to review a blood investigation of a dying dengue patient. The ward staff would either be nowhere around, or will say that he is busy (busier than the doctor?) or the answer I got at that time:
"Doktor nak cepat, doktor turun sendirilah, gaji doktor lagi banyak dari saya"
Even when I was a Specialist, the staff nurses had to be called again and again just to make sure the management plan for the patient would be done. I was already used to answers from them:
“I’m busy with something else"
“My shift is already over"
...it was routine for me.
The Medical Assistants were worse. They would hide behind their so-called boss, the Head of Medical Assistant. They feel hiding behind him would make them not under our jurisdiction, that we have no power to instruct them in managing the patient, that they have power to manage own their own. I've seen them giving medications not as we prescribed, performing procedures without our knowledge, as if they are the actual "Doctors". They are in their own world, and we have to do their job, taking blood, labelling samples, and even cleaning gadgets from the procedures that we have done.
Oh, but the ministry loves this group. They even let them run a clinic now, instead of upgrading the clinics already run by doctors. The government feels that the MAs are very important and should never be ill-treated by those big bad doctors. One time when I was a District Hospital Medical Officer, I was conducting a delivery of a baby. An MA insisted that I remove my car which was block-parking his car. I answered through the phone that I was busy.
He came to the labor room and yelled "Semua orang pun sibuk jugak, macamlah doktor seorang yang sibuk!”
It is insulting that an MA or a staff nurse claims that they are BUSY, as busy as a doctor? As a Malaysian Doctor, I have even worked for 72 hours straight. I have experienced working until my 6 month old daughter did not recognize me at the end of the week.
Is that how busy they are? I am very sure that they are so busy, that they can only spend 2 hours at the nearby Mamak stall, or can only leave at 5:10 PM instead of 5, or can only have 1 hour of lunch.
The management staffs are worse. I have to beg and plead so that I can get my on-call claims, of RM25 per 48 hours of work. While sitting in an air-conditioned office, they will at their own leisure, process my call claims so that I will receive them by the next decade.
The state health or Hospital Director would just give another inspirational talk (of bollocks) on team effort and beauty of teamwork.
That is how Malaysian doctors are treated in the government sector: without respect, without dignity and without significance. Why?
It is because we are bound by ethics to try our best to save lives, despite how ill-treated we are. We hardly have time to complaint because we are too busy or tired, and we would rather spend the precious time resting or seeing our loved ones. The burden of trying to save lives is on our shoulders alone. No MAs or Staff nurses would shoulder it with us. They have their own bosses: the Sisters, Matrons, or Head of MAs, which job description is to ensure that the big bad doctors will not ask their underlings to do extra work.
This is how the Malaysian Ministry of Health have treated their doctors. I am very sure that in each and every doctor, there is a slowly-burning patience in serving the Malaysian people, which will eventually fade and cause them to surrender to serving a place that treats them better.
A few colleagues who graduated from UK choose to serve there:
"The pay is more, and we get the respect we deserve"
Another works in Brunei:
“Here the staff nurses respect Malaysian doctors, and they are very co-operative" (He ended up marrying one)
A few are consultants in Singapore (working with me):
"Here we are treated well, we spearhead the management, and every else do their work to the best of their capabilities".
A few even enjoys working in Indonesia:
“The work-load is horrible since there are a lot of patients, but we are well respected by every hospital personnel" (They have migrated there for nearly a decade)
I am sure that people will see doctors as power-hungry individuals who want to be the boss in the hospital. Trust me, after having graduated 6-7 years of medical school, earning a DEGREE, and subsequently MASTERS, and SUBSPECIALITY, you would expect a degree of respect and being considered important. We are trying our best to improve patient's quality of life, or making sure he lives another day. Is it too much to ask from the system that we are important?
I find that Malaysia is the only country that is making doctors' lives miserable and treated like rubbish. It was never about the pay in the first place. It is about the treatment we are getting and the false political-based promises. Do you know that the so-called circular about doctors can have the day off after working 24 hours straight released JULY 2009 is not yet implemented? Do you know that the raise of UD 41 to 44 does not involve every doctor in the government service?
We are waiting for improvement. We have waited a long time when we were working in the system. Somewhere along the line we decided to leave and wait outside the system. Until the system changes, we will continue to work overseas, in countries which are appreciative of us. Trust me, Malaysian-graduate doctors are considered highly skilful and competent in neighbouring countries, and the 15 % brain drain is more significant than you think.
We will return when the system prioritize us and gives us the quality of life we deserve.
If it stays the same, Malaysian Hospitals would end up having Staff nurses and Medical Assistants as "Doctors", and we would have to send patients to Indonesia for an appendicectomy.
Hear our voice. We hardly speak, but will usually fade away from conflict (and fly to another place).
Thursday, May 20, 2010
Percubaan mencuri Jasad Rasulullah S.A.W
Di masa peperangan antara orang Islam dengan orang-orang kafir Kristian yang dikenali dengan perang Salib dan telah berlangsung sekian lama. Kemenangan dan kekalahan silih berganti pada kedua belah pihak. Umat Islam berjuang dengan habis-habisan menentang musuhnya. Segala kekuatan dikerahkannya. Kerana pada waktu itulah kesempatan yang paling baik untuk memperolehi syahid di medan perang sebagaimana yang diperolehi para sahabat Rasulullah dalam perjuangan menentang orang kafir yang cuba melenyapkan Islam.
Raja-raja dari semua kerajaan Islam memberikan sokongan padu kepada setiap panglima perang yang tampil memimpin para pahlawan Islam menentang kaum kafir Kristian yang datang dari Eropah. Salah seorang raja yang banyak jasanya dalam perang Salib ini adalah Sultan Nuruddin Zangki (Zenggi), keturunan bangsa Kurdi dan berkedudukan di Mosul. Baginda yang diputerakan tahun 1118 Masihi dan wafat 1174 Masihi, adalah seorang raja yang terkenal taqwa, wara’ dan adil. Kerana keadilannya pula hingga digelari Malikul Adil (Raja yang adil). Pada waktu malam baginda bangun untuk solat tahajjud dan berdoa agar rakyatnya hidup bahagia dalam keredhaan Allah dan terselamat di akhirat nanti. Pada sebelah siang beliau banyak berpuasa dan selepas solat, wiridnya sentiasa panjang.
Seluruh kekuatan yang dimilikinya adalah untuk menentang serangan tentera Salib agar tidak dapat menjajah negara Islam. Beliaulah yang membentangkan jalan kepada Shalahuddin Al-Ayyubi, panglima perang Salib di pihak Islam yang telah berjaya membebaskan bumi Palestin dari cengkaman kaum Salib. Baginda sentiasa tenang dan gembira melayan semua rakyat dan menteri-menterinya, sekalipun negara dalam keadaan darurat perang, kerana beliau sudah bermimpi berjumpa Rasulullah SAW pada suatu malam. Dalam mimpi itu Sultan Nuruddin melihat Rasulullah dalam keadaan gembira, menandakan perjuangan kaum Muslimin yang dipimpinnya dalam berjihad akan berhasil.
Selanjutnya, suatu hari Malikul Adil kelihatan tidak seperti biasanya, kali ini baginda nampak sangat risau, seolah-olah ada yang tidak kena pada dirinya. Menteri-menterinya menyedari hal ini, namun mereka tidak berani bertanya. Kerisauan dan kegelisahan tersebut berpunca daripada mimpinya beberapa malam yang lalu. Mimpi itu sangat mengerikan dan sukar ditafsirkan. Dalam mimpi itu, baginda memakai baju yang cantik gemerlapan dan berada di hadapan Rasulullah. Rasulullah memegang tangan Nuruddin dan menunjuk kepada dua orang lelaki yang berada di hadapannya dan bersabda: “Kenalilah aku. Bebaskan aku dari dua orang itu!” Nuruddin terbangun, namun wajah Rasulullah dan dua orang lelaki itu kelihatan jelas di hadapannya seperti bukan mimpi. Wajah kedua lelaki itu kelihatan kemerah-merahan.
Tidak seorang pun yang diberitahu tentang mimpi itu, dan beliau yakin bahawa yang datang itu benar-benar Rasulullah SAW. Kerana beliau sendiri telah bersabda: “Siapa yang melihat aku dalam mimpi, samalah ertinya dengan melihat aku di waktu bangun, kerana syaitan tidak akan dapat menyerupai aku.” Keyakinan Raja Nuruddin akan kesahihan mimpinya itu dikuatkan lagi oleh mimpinya yang dahulu sehubungan dengan peperangan. “Ketika itu Rasulullah kelihatan sangat gembira sekali. Tapi mengapa kali ini baginda kelihatan amat sedih? Dan siapakah gerangan dua lelaki yang ditunjuk oleh Rasulullah itu?” Nuruddin tidak habis-habis merenung dan berfikir: “Ah, ini tentu ada yang tidak mengena pada keperibadian Baginda yang mulia atau akan ada sesuatu yang mengancam maruah umat Islam,” kata Nuruddin dalam hatinya.
Dekat seminggu lamanya Raja adil itu memikirkan dengan risau. Tiba-tiba mimpi itu berulang lagi, peristiwa seperti mimpi yang pertama dan Rasulullah memanggil-manggil Nuruddin lagi: “Kenalilah aku dan bebaskan aku dari dua orang itu!” Baginda terkejut dan bangun kemudian langsung berwudhu’, terus bersolat tahajjud dan berzikir sebanyak-banyaknya di malam sunyi itu. Kerana terlalu lama berzikir, baginda tertidur dalam duduk dan wajah Rasulullah menjelma lagi. Dalam masa yang tidak seberapa lama, sudah tiga kali beliau berjumpa Rasulullah dalam keadaan muram. “Perkara ini benar-benar serius agaknya dan tidak boleh ku simpan seorang sahaja,” kata Nuruddin pada dirinya sendiri. Apabila baginda tergerak hatinya untuk memanggil orang kepercayaannya, baginda teringat akan sabda Rasulullah: “Bahawa apabila seseorang bermimpi buruk, hendaklah jangan diceritakan kepada sesiapa pun. Insya Allah tidak akan terjadi apa-apa.” Nuruddin berfikir sekejap. Sanggupkah dia menyimpan mimpi itu seorang diri? Tidak, mimpi itu sudah tiga kali datang, dan yang datang adalah manusia termulia.
Selepas solat Subuh di pagi hari Raja Nuruddin memanggil seorang menteri kepercayaannya, Jamaluddin Al-Mushly. Lelaki itu sangat wara’, taqwa dan amanah seperti Rajanya juga. Oleh kerana itu, dialah satu-satunya orang yang dipanggil oleh Nuruddin sehubungan dengan mimpinya. Kerana Nuruddin yakin, bahawa walau bagaimanapun Jamaluddin tidak akan membocorkan rahsia negara dan raja. Hari masih terlalu pagi, suasana masih gelap, di sana sini kedengaran kokok ayam silih berganti dan waktu kerja pun masih lama lagi akan bermula. Namun menteri Jamaluddin Al-Mushly sudah berangkat ke istana negara kerana menjunjung titah baginda.
“Engkau adalah orang yang paling ku percaya untuk menyimpan rahsia negara selama ini. Oleh kerana itu aku tidak merasa ragu lagi menceritakan mimpiku padamu,” kata Raja kepada Jamaluddin dan menceritakan mimpi yang dialaminya. Jamaluddin mendengarkan dengan serius. Ia sendiri turut merasa gerun mendengarkan cerita Rajanya. Kemudian Jamaluddin berkata: “Ini memang betul-betul mimpi yang benar wahai tuanku, kerana syaitan tidak akan dapat menyerupai Rasulullah.” “Betul itu. Aku pun ingat demikian,” kata Nuruddin menyokong pendapat Jamaluddin. Nuruddin bertanya: “Jadi, agak-agak apakah pendapatmu tentang mimpiku itu.” Jamaluddin menjawab: “Menurut pendapat hamba, ada rancangan jahat dari orang tertentu yang ditujukan kepada Rasulullah, dan Rasulullah tidak menyenanginya. Tuanku diberi tugas untuk menggagalkan rancangan jahat tersebut.”
Nuruddin seolah-olah dikeluarkan dari kebuntuannya setelah mendengar tafsiran daripada Jamaluddin. Baginda percaya bahawa pendapat menterinya itu benar belaka. Berkata Nuruddin: “Pendapatmu betul, sekarang ke mana dan bagaimana kita mesti mencari dua lelaki yang ditunjuk oleh Rasulullah itu?” Jamaluddin mengajukan usul: “Bagaimana kalau sekiranya baginda raja yang pergi ke Madinah Al-Munawwarah terlebih dahulu. Di sanalah tuanku dapat berdoa di makam Rasulullah yang mulia, memohon petunjuk kepada Allah di sisi kubur kekasihNya. Mudah-mudahan, di sana tersingkap rahsia mimpi paduka itu.”
Semua persediaan dan perbekalan segera dipersiapkan. Maka pada hari yang telah ditetapkan, beribu-ribu rakyat ibu kota berpusu-pusu di hadapan istana negara untuk mengucapkan selamat jalan kepada Raja yang mereka hormati. Berangkatlah Raja yang adil bersama beberapa pegawai tinggi negara menuju Madinah.
Di setiap kampung yang dilaluinya, baginda disambut mesra oleh rakyatnya. Baginda merasa puas dapat berjumpa dengan berbagai rakyatnya. Rakyat pun berasa gembira melihat Raja yang berjiwa rakyat dan tidak putus-putusnya tersenyum kepada semua rakyat. Namun, di sebalik senyuman raja yang dilepaskan kepada rakyatnya, ada perasaan risau dan ngeri yang menghantui baginda secara berterusan. Yakni wajah kedua lelaki yang dilihat dalam mimpinya selalu membayangi kemana sahaja baginda pergi. Tidak sesaat pun wajah itu hilang dari pandangan baginda. Baginda juga dapat menggambarkan dengan jelas tentang perwatakan kedua lelaki itu baik dari bentuk wajahnya, matanya, susunan giginya, mulutnya, janggutnya bahkan kesemua seluruh tubuh kedua mereka itu. Kalau, kedua lelaki itu melintas di hadapan baginda maka sudah pasti, baginda akan menangkapnya. Disebabkan baginda sentiasa asyik memikirkan tentang kedua lelaki itu, kadang-kadang baginda terpisah dari rombongannya. Baginda tidak putus asa untuk mencari kedua lelaki itu, baginda pergi secara persendirian mengembara antara bukit-bukit.
Para pengawal tidak berani menegur apa-apa sebaliknya mereka hanya memerhatikan Raja mereka dari jauh. Hanya menteri Jamaluddin sahaja yang sesekali mengingatkannya apabila beliau terpisah jauh dari rombongan. Setelah beberapa hari perjalanan, rombongan baginda sampai di sempadan Madinah. Jamaluddin memberitahu baginda: “Tuanku, sekejap lagi kita akan memasuki ke kota Rasulullah SAW, oleh itu bersiap sedialah tuanku.” Berkata Raja: “Apakah cara yang harus aku lakukan untuk memasuki kota yang mulia itu?” Berkata Jamaluddin: “Pertama hendaklah tuanku mandi dan bersuci, kemudian masuklah ke masjid Quba’ dan bersolat tahiyyatul masjid, ini adalah untuk menghormati masjid yang dibina dengan tangan Rasulullah SAW sendiri.” Kemudian Raja dan rombongannya mengikut arahan Jamaluddin, setelah selesai mengerjakan solat di masjid Quba’, rombongan diraja menuju ke taman Raudhah. Di taman yang mulia inilah jenazah yang teramat mulia Rasulullah SAW bersemadi.
Perasaan mereka yang berada di hadapan tempat jenazah baginda Rasulullah SAW disemadikan adalah amat berlainan sekali, mereka berasa seolah-olah berada di satu alam yang lain. Lalu Raja mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan memohon kepada Allah SWT supaya rahsia di sebalik mimpinya itu di perlihatkan kepadanya sebelum kedua manusia jahat melaksanakan niat jahat mereka. Degupan hati Raja yang begitu khusyuk dalam doanya menyebabkan air mata mengalir tanpa disedarinya. Memang di sinilah salah satu tempat diperkenankan doa. Wajah Rasulullah SAW semakin jelas di mata Raja seolah-olah Rasulullah SAW menghulurkan tangan untuk bersalaman dengan Raja. Baginda terdengar suara dekat telinganya yang berbunyi: “Kenalilah aku, dan bebaskanlah aku dari kedua lelaki ini.”
Setelah baginda raja berdoa dengan penuh khusyuk di taman Raudhah, kemudian datang petunjuk dari Allah seolah-olah beliau dapat menyingkap tafsir mimpinya itu di kota mulia tempat bersemayamnya Rasulullah SAW. Oleh kerana Raja Nuruddin ingin segera mengetahui makna mimpinya yang menakutkan itu, lalu beliau memanggil gabenor Madinah dengan berkata: “Saya mahu kamu kumpulkan kesemua penduduk Madinah tanpa ada sesiapa pun yang dikecualikan, saya ingin bersalaman dengan mereka.” Berkata gabenor Madinah: “Baik tuanku, segala titah raja akan dijalankan.” Gabenor Madinah pun segera menyampaikan pesanan raja kepada penduduk Madinah dan penduduk yang berhampiran dengan kota Madinah.
Berkata gabenor Madinah kepada penduduk kota Madinah dan sekitarnya: “Atas perintah Raja Nuruddin, semua rakyat Madinah dan kawasan yang berhampiran denganya, sama ada lelaki atau wanita, tua atau muda dari berbagai jenis agama dikehendaki hadir di dewan orang ramai, kerana baginda Raja Nuruddin hendak bertemu dengan semua penduduk di sini.” Setelah berita disebarkan maka orang ramai bersama seisi keluarga segera pergi ke dewan orang ramai dengan perasaan gembira, tidak seorang pun yang tertinggal. Mereka yang tua dan uzur diusung sehingga banyak sekali usungan yang kelihatan dalam perjalanan menuju ke dewan orang ramai. Apabila seluruh penduduk kota Madinah telah berkumpul, gabenor Madinah pun melapurkan kepada Raja: “Tuanku, semua rakyat telah berkumpul dan mereka sedang menunggu kehadiran tuanku.” Berkata Raja Nuruddin: “Apakah kamu yakin bahawa semua rakyat telah datang untuk bersalaman dengan saya?” Berkata gabenor Madinah. “Insya Allah.” Setelah Raja mendengar penjelasan dari gabenor, Madinah, maka Raja pun segera pergi ke tempat orang ramai yang sedang menunggunya. Wajah kedua lelaki yang datang dalam mimpinya semakin mencabar di hadapannya.
Setelah baginda Raja sampai di tempat dewan orang ramai, maka baginda pun memandang kepada rakyat sebagai penghormatan. Mata Raja Nuruddin sentiasa mencari-cari wajah yang menjadi buruannya, tetapi tidak juga kelihatan. Raja Nuruddin semakin risau, beliau duduk sekejap dan berbincang dengan pegawai-pegawai dari Madinah. Berkata Raja, Nuruddin: “Apakah masih ada rakyat yang melepaskan peluang untuk bertemu dengan saya? Cuba siasat sekali lagi.” Kemudian para pegawai dari kota Madinah berbincang sesama mereka, mereka cuba mengingati wajah-wajah yang tidak hadir. Tiba-tiba seorang pegawai berkata dengan serius dan bersemangat: “Betul tuanku, hamba ingat masih ada dua orang kenamaan di Madinah yang tidak hadir di sini, mungkin kedua mereka tidak mendengar berita tentang ketibaan baginda tuanku ke sini.”
Raja Nuruddin berkata: “Di mana mereka berada, dan siapakah mereka itu?” Denyutan jantung Raja Nuruddin semakin cepat, tetapi beliau menahan perasaannya. Orang yang mengenali kedua lelaki itu berkata: “Mereka berdua adalah ahli tasawwuf dan ahli hikmah, sangat wara’ dan sangat banyak ibadahnya, sesiapa sahaja yang pergi kepada mereka akan menerima fatwa-fatwa yang menyejukkan dan menerima sedekah. Dan kedua mereka juga adalah dermawan dan telah banyak sekali membantu fakir miskin.” Raja Nuruddin sangat tertarik dengan huraian pegawainya dan beliau berkata: “Saya ingin sangat untuk bertemu dengan kedua mereka, jemputlah mereka sekarang juga.”
Tidak berapa lama kemudian kedua mereka itu pun datang ke dewan orang ramai setelah diundang. Kedua mereka berjalan dengan tunduk dan tawadhu’, sementara mulut mereka tidak berhenti-henti berzikir kepada Allah SWT. Apabila kedua mereka berdiri di hadapan Raja Nuruddin, Raja Nuruddin terperanjat kerana kedua mereka itulah yang muncul dalam mimpinya. Dalam hati Raja Nuruddin berkata: “Demi Allah orang inilah yang datang dalam mimpiku.” Walaupun kedua mereka itu berada di hadapan beliau, beliau belum pasti sama ada beliau bermimpi atau tidak, lalu beliau menggosok kedua biji mata beliau dan dibukanya mata beliau terang-terang. Ternyata kali ini beliau tidak mimpi, beliau kini berada betul-betul di hadapan orang yang menjadi buruan beliau. Raja Nuruddin memandang mereka dari semua segi, dari segi bentuk muka mereka, susunan gigi, mata dan lain-lain. Akhirnya beliau meyakini dengan seratus peratus bahawa memang sah kedua lelaki itulah yang muncul dalam mimpinya. Kalau ikutkan hati Raja Nuruddin hendak ditanya sahaja: “Siapakah kamu berdua ini.” Raja Nuruddin bertambah hairan melihat kedua mereka, ini adalah kerana kedua mereka itu begitu khusyuk dan tawadhu’, gerak-geri mereka tidak sedikit pun mencurigakan.
Segi rambut pula ikut sunnah, serban pula ikut cara Rasulullah. Sewaktu bersalaman menunjukkan adab seorang alim dan ahli tasawwuf, tutur katanya pula penuh hikmah dan selalu berasaskan Al-Quran dan Al-Hadith. “Tetapi mengapa Rasulullah minta dibebaskan dari dua orang itu? Apakah dosa yang telah diperbuat oeh keduanya? Begitulah pertanyaan yang keluar dari hati Raja Nuruddin. Beliau hairan dan tidak tahu apa yang hendak dibuat, namun demikian tidak seorang pun yang dapat membaca perasaan Raja Nuruddin. Raja Nuruddin serba salah kerana orang ramai mengenali kedua mereka sebagai orang yang alim dan menunjukkan sikap yang penuh tasawwuf, baginda Raja juga menghormati kealiman dan ketasawwufan mereka. Oleh kerana Raja Nuruddin tidak dapat membuat apa-apa keputusan maka majlis pada hari itu bersurai setelah baginda Raja bersalam dengan semua rakyatnya seperti yang dijanjikan. Setelah majlis perhimpunan yang pertama selesai, orang ramai pun bersurai dan mereka merasa puas hati kerana dapat bersalam dengan Raja mereka. Gebenor Madinah merasa sangat gembira kerana majlis itu mendapat sambutan yang sungguh menggalakkan. Satu-satunya orang yang tidak puas hati ialah Raja Nuruddin, kerana teka-teki yang menghantuinya belum terjawab.
Selepas menunaikan solat Raja Nuruddin beristighfar dan berzikir banyak-banyak, kemudian beliau berdoa dengan doa yang amat panjang, dalam doa tersebut beliau meminta petunjuk yang lebih jelas dari Allah SWT. Ketika Raja Nuruddin duduk bersendirian, lalu datang menterinya Jamaluddin dengan berkata: “Wahai tuanku, sudahkah tuanku jumpa dengan dua lelaki yang tuanku cari itu?” Berkata raja Nuruddin: “Ya, sudah.” Jamaluddin bertanya: “Yang mana satu tuanku?” Berkata Raja Nuruddin: “Jemputan yang terakhir sekali, saya pasti itulah orang yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW dalam mimpiku.” Jamaluddin diam sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda dia sedang memikirkan sesuatu. Berkata Raja Nuruddin: “Tapi yang peliknya saya tidak dapat sesuatu yang mencurigakan pada diri mereka itu, keadaan keduanya memang seperti yang diceritakan oleh orang. Akhlaknya, gerak-gerinya dan tutur katanya semuanya menggambarkan keperibadian Rasulullah SAW. Inilah yang membuat saya rasa pelik sangat, entah dosa apa yang telah mereka lakukan?”
Setelah Jamaluddin mendengar kata-kata Rajanya maka dia pun berkata: “Tuanku, ketahuilah bahawa seseorang yang pada zahirnya menunjukkan baik, segalanya mengikut cara Rasulullah SAW belum tentu hatinya baik. Boleh jadi ia hanya berpura-pura supaya orang ramai tidak mencurigainya, padahal dia adalah musuh yang jahat.”
Berkata Raja Nuruddin: “Betul katamu itu, kerana memang ramai orang-orang kafir berpura-pura Islam, sedangkan tujuannya untuk menghancurkan Islam dari dalam. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran yang bermaksud: “Dan di antara manusia ada yang ucapannya tentang kehidupan dunia, sangat menarik perhatianmu, dan di persaksikannya Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia sebenarnya adalah musuh yang jahat.”
Raja Nuruddin memang tahu tentang tipu helah orang-orang kafir yang sentiasa hendak merosakkan Islam dengan berbagai cara. Berkata Raja Nuruddin lagi: “Apakah yang harus kita lakukan?” Berkata Jamaluddin: “Tuanku mestilah mengadakan perisikan ke rumah orang itu secara sulit.” Raja Nuruddin dan menterinya Jamaluddin mengadakan perbincangan secara rahsia tentang cara yang terbaik untuk mendapatkan maklumat tentang pergerakan kedua lelaki yang disyaki. Setelah sekian lama mereka berbincang akhirnya mereka mendapat satu cadangan yang baik, yakni orang ramai dijemput untuk menghadiri rumah terbuka atas arahan Raja Nuruddin.
Kedua orang yang disyaki juga diundang sebagai tetamu kehormat. Rahsia ini tetap menjadi rahsia antara Raja dengan menterinya. Gabenor Madinah diberikan tugas untuk menjayakan majlis tersebut. Setelah saat yang dinantikan telah tiba, maka ramailah orang yang datang menghadiri majlis tersebut. Kedua lelaki yang disyaki juga awal-awal lagi telah berangkat menuju ke majlis diraja. Apabila Raja Nuruddin dan Jamaluddin melihat kedua lelaki alim itu telah keluar dari rumah mereka, kemudian Raja Nuruddin, Jamaluddin dan beberapa pengawal pergi ke rumah orang alim itu. Kesemua bahagian dalam rumah itu di periksa oleh Raja Nuruddin, malangnya tidak satu pun benda yang mencurigakan. Sebaliknya dalam rumah tersebut terdapat banyak ayat-ayat Al-Quran yang digantung dan juga hadith nabi. Dalam almari orang alim itu dipenuhi dengan kitab-kitab agama feqah dan juga tasawwuf, keadaan rumah itu menggambarkan seolah-olah pewaris Nabi SAW. Hati kecil Raja Nuruddin masih bertanya: “Apalagi yang harus aku syaki? Kenapa Baginda Rasulullah SAW minta pertolongan dariku supaya dibebaskan dari kedua lelaki ini?”
Setelah merasa puas dengan selidikan di rumah tersebut Raja Nuruddin mengambil keputusan untuk keluar dari rumah tersebut, tetapi apabila baginda Raja hendak melangkah keluar dari rumah tersebut, datang ilham yang membuat beliau teringin benar untuk melihat sebuah permaidani yang sangat indah terbentang di sudut rumah. Raja Nuruddin merasa sangat kagum dengan keindahan dan kehalusan permaidani yang di anggap cukup mahal itu.
Raja Nuruddin tidak puas dengan melihat sahaja kecantikan permaidani tersebut, tetapi beliau membelek-belek permaidani tersebut. Sewaktu membelek permaidani itu Raja Nuruddin terlihat di bawah permaidani itu terdapat papan dan beliau berkata: “Eh, ada papan.” Raja Nuruddin mulai curiga tentang papan itu, lalu baginda mengangkat papan itu perlahan-lahan, ternyata di bawah papan itu mempunyai sebuah terowong yang mempunyai tangga. Raja Nuruddin meneliti arah perginya terowong tersebut, akhinya beliau terkejut dan berkata: “Maasya Allah, terowong ini menuju ke arah kubur Rasulullah SAW.” Kemudian Raja Nuruddin mengeluarkan arahan: “Tangkap kedua orang itu.” Dengan terbongkarnya rahsia itu maka yakinlah Raja Nuruddin akan makna mimpinya itu, kedua lelaki yang menyamar sebagai alim itu adalah musuh yang hendak mencuri jasad Rasulullah SAW. Dengan terbongkarnya rahsia kedua orang itu, maka orang ramai pun datang untuk menyaksikan peristiwa di rumah orang alim itu.
Beberapa orang telah turun ke dalam terowong yang sangat jauh itu dan akhirnya mereka mendapati bahawa terowong yang digali oleh kedua orang itu sudah hampir benar dekat pada jasad Rasulullah SAW. Setelah mendapat kepastian dari orang yang masuk ke dalam terowong itu, orang ramai tidak tahan sabar lagi. Lalu kedua-dua mereka dipukul dengan teruk sekali, kemudian kedua mereka dibawa ke pengadilan. Dalam mahkamah keduanya berterus terang dengan berkata bahawa kedua-dua mereka telah tinggal di Madinah lebih dari setahun sebagai agen Yahudi. Orang-orang Yahudi memberi perbelanjaan yang cukup banyak pada keduanya untuk tujuan mencuri jasad Rasulullah dari kuburnya, tujuannya ialah apabila jasad Rasulullah berada di tangan Yahudi mereka dengan mudah dapat merendahkan martabat Kekasih Allah dan seterusnya menghina umat Islam. Umat Islam di Madinah rasa tertipu oleh kedua orang Yahudi itu, akhirnya kedua orang Yahudi itu dijatuhi hukuman mati.
Raja Nuruddin sujud syukur kepada Allah SWT kerana tugas yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepadanya telah berjaya diselesaikan dengan berkat hidayah dan pertolongan-Nya. Untuk mengelakkan supaya kejadian seperti itu tidak berulang lagi, Raja Nuruddin memerintahkan supaya ke empat penjuru sekeliling kubur Rasulullah dipagar dengan kongkrit sampai ke bawah tanah. Sebelum Raja Nuruddin berlepas dari Madinah sekali lagi beliau bermimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW, kali ini Rasulullah merangkul dan memeluk leher beliau. Apabila telah tiba masanya Raja Nuruddin hendak meninggalkan kota Madinah, beliau memberi taklimat terakhir kepada penduduk Madinah akan kejahatan dan dendam orang Yahudi terhadap Islam, dendam orang Yahudi terhadap Islam akan berterusan. Raja Nuruddin pun kembali ke Mosul dengan diiringi doa dan air mata oleh sekalian rakyat yang mencintainya.
Allahu a’lam..
kisah cacing kerbau dan kelawar.
Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai bertanya kepada si kerbau, "hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau". Si kerbau menjawab, "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri". Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.
Malaikat Jibril AS mendatanginya seekor kelelawar yang siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah goa. Kemudian mulai bertanya kepada si kelelawar, "hai kelelawar apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelelawar". "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya", jawab si kelelawar. Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah.
Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, "Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing". Si cacing menjawab, " Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya".
Tuesday, May 18, 2010
Kisah Kurma Madinah
Isu penyebaran wasiat penjage makam Nabi.
Untuk menjawab pertanyaan itu, saya ingin memetik naqal daripada seorang ulama moden kontemporari merangkap Mufti Qatar, Dr. Yusuf al-Qaradawi. Dalam mengulas hal ini, beliau berkata:
“Justeru, isi wasiat (wasiat Sheikh Ahmad) tersebut merupakan petanda yang memperlihatkan kebohongan dan kepalsuan wasiat tersebut. Sebabnya, pewasiat telah mengancam dan menakut-nakutkan orang yang tidak mahu menyebarluaskannya bahawa dia akan mendapat musibah dan kesusahan, anaknya akan mati, dan hartanya akan habis. Hal ini tidak pernah dikatakan oleh seorang manusia pun (yang normal fikirannya), terhadap kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Tidak ada perintah bahawa orang yang membaca al-Quran harus menulisnya setelah itu kemudian menyebarluaskannya kepada orang lain; dan jika tidak, akan terkena musibah. Begitu pula tidak ada perintah bahawa orang yang membaca Sahih Bukhari harus menulisnya dan menyebarluaskannya kepada khalayak ramai, sebab kalau tidak, akan tertimpa musibah.
“Kalau Al Qur'an dan Sunnah Rasul saja tidak begitu, maka bagaimana dengan wasiat yang penuh khurafat itu? Ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin dibenarkan oleh akal orang Muslim yang memahami Islam dengan baik dan benar.” (Dr. Yusuf al-Qaradawi, Fatwa-fatwa Kontemporari Jilid 1).
Lihat, sehingga Dr. Yusuf al-Qaradawi menghukum ‘wasiat’ itu sebagai suatu perkara khurafat. Tidak ketinggalan, Majlis Fatwa Kebangsaan pada tahun 1978 mengesahkan bahawa wasiat Sheikh Ahmad “menggambarkan pembohongan yang amat besar terhadap Junjungan Besar Nabi Muhammad SAW serta ajaran baginda kerana menggambarkan Sheikh Ahmad sebagai perawi hadith sesudah kewafatan baginda”.
Menurut Majlis Fatwa Kebangsaan 1978, mereka mengesahkan bahawa ‘wasiat’ tersebut sebenarnya ditulis oleh paderi-paderi biara di Blessings of St. Antonio, Texas, Amerika Syarikat pada tahun 1974-1975 dengan tujuan untuk mengelirukan umat Islam. Penulis asal ‘wasiat’ tersebut ialah mendiang Father Francis Jose de Villa. Antara bukti yang menunjukkan bahawa ‘wasiat’ tersebut ialah palsu ialah tidak ditemui nama Sheikh Ahmad dalam senarai penjaga makam Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi, Madinah al-Munawwarah, antara 1881 sehingga 1979.
Dan sememangnya isu ‘wasiat’ ini memberi kesan, apabila pada tahun 1979, bekas Menteri Besar Perak, Allahyarham Tan Sri Mohamed Ghazali Jawi bertaubat dan mengucapkan dua kalimah syahadah buat kali kedua di hadapan Kadi Daerah Kinta setelah beliau mengaku menerima ‘wasiat’ tersebut dan mengedarkannya kepada 20 orang sahabatnya.
Allahyarham Datuk Shafawi, Mufti Kerajaan Negeri Selangor, mengisytiharkan bagi pihak Majlis Fatwa Kebangsaan bahawa barang siapa dengan sengaja menyebarkan risalah ini (‘wasiat’ Sheikh Ahmad) adalah melakukan syirik dan tidak mustahil jatuh murtad (yakni keluar daripada Islam) melainkan dia bertaubat dan menarik balik perbuatannya terhadap sesiapa yang telahpun dikirimkan risalah ini. (Surat Keputusan Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia Bil. 7/78/I).
Sebab Majlis Fatwa Kebangsaan menghukum mengedarkan ‘wasiat’ ini sebagai syirik ialah seseorang yang mengedarkannya percaya bahawa ‘wasiat’ tersebut berupaya memberikan manfaat jika disebarkan atau menimpakan kemudaratan ke atasnya jika tidak, dan hal ini jelas sekali bertentangan dengan prinsip “tiada lain yang berhak disembah dan diminta pertolongan melainkan Allah SWT”. Firman Allah SWT (maksudnya) :
“Engkau sahajalah (ya Allah) yang kami sembah, dan kepada Engkaulah sahaja kami memohon pertolongan.” (Surah al-Fatihah ayat 5).
Maka jelaslah kepada kita bahawa mengedarkan ‘wasiat’ tersebut merupakan suatu perbuatan syirik dan harus dijauhi. Dan, hal ini juga perlu menjadi iktibar kepada kita agar berhati-hati dalam mengedarkan apa-apa sahaja yang kita terima, supaya isu seperti isu ‘wasiat’ Sheikh Ahmad dan juga isu panggilan nombor berwarna merah (yang pernah menggemparkan negara suatu ketika dahulu) tidak berulang sekali lagi.
Allah Lebih Mengetahui
so hopefully kt selaku mahasiswa muslim akn lebeyh berhati2 in the future n ta mudah percye sesuatu sebelum mengkaji kebenaran nyer..walupn content nyer mnyuruh ke arah kebaikan,tp still ade unsur2 mrAgukan spt mst sebarkn kpd 20 owg,klu ta ditimpa bala.malahan,blh memesongkn akidah.diharap kpd para sahabat mengambil iktibar drpd perkara neyh sbb mnggu neyh jek da bpe kali dpt email forward cmneyh,bimbang lebeyh bnyk owg terkena,salam.
Sunday, May 16, 2010
Kisah Wali Solat di atas air.
Ketika semua orang berada dalam keadaan cemas, terdapat seorang lelaki yang sedikitpun tidak merasa cemas. Dia kelihatan tenang sambil berzikir kepada Allah S.W.T. Kemudian lelaki itu turun dari kapal yang sedang terunbang-ambing dan berjalanlah dia di atas air dan mengerjakan solat di atas air.
Beberapa orang peniaga yang bersama-sama dia dalam kapal itu melihat lelaki yang berjalan di atas air dan dia berkata, "Wahai wali Allah, tolonglah kami. Janganlah tinggalkan kami!" Lelaki itu tidak memandang ke arah orang yang memanggilnya. Para peniaga itu memanggil lagi, "Wahai wali Allah, tolonglah kami. Jangan tinggalkan kami!"
Kemudian lelaki itu menoleh ke arah orang yang memanggilnya dengan berkata, "Apa hal?" Seolah-olah lelaki itu tidak mengetahui apa-apa. Peniaga itu berkata, "Wahai wali Allah, tidakkah kamu hendak mengambil berat tentang kapal yang hampir tenggelam ini?"
Wali itu berkata, "Dekatkan dirimu kepada Allah."
Para penumpang itu berkata, "Apa yang mesti kami buat?"
Wali Allah itu berkata, "Tinggalkan semua hartamu, jiwamu akan selamat."
Kesemua mereka sanggup meninggalkan harta mereka. Asalkan jiwa mereka selamat. Kemudian mereka berkata, "Wahai wali Allah, kami akan membuang semua harta kami asalkan jiwa kami semua selamat."
Wali Allah itu berkata lagi, "Turunlah kamu semua ke atas air dengan membaca Bismillah."
Dengan membaca Bismillah, maka turunlah seorang demi seorang ke atas air dan berjalan meng hampiri wali Allah yang sedang duduk di atas air sambil berzikir. Tidak berapa lama kemudian, kapal yang mengandungi muatan beratus ribu ringgit itu pun tenggelam ke dasar laut.
Habislah kesemua barang-barang perniagaan yang mahal-mahal terbenam ke laut. Para penumpang tidak tahu apa yang hendak dibuat, mereka berdiri di atas air sambil melihat kapal yang tenggelam itu.
Salah seorang daripada peniaga itu berkata lagi, "Siapakah kamu wahai wali Allah?"
Wali Allah itu berkata, "Saya ialah Awais Al-Qarni."
Peniaga itu berkata lagi, "Wahai wali Allah, sesungguhnya di dalam kapal yang tenggelam itu terdapat harta fakir-miskin Madinah yang dihantar oleh seorang jutawan Mesir."
WaliAllah berkata, "Sekiranya Allah kembalikan semua harta kamu, adakah kamu betul-betul akan membahagikannya kepada orang-orang miskin di Madinah?"
Peniaga itu berkata, "Betul, saya tidak akan menipu, ya wali Allah."
Setelah wali itu mendengar pengakuan dari peniaga itu, maka dia pun mengerjakan solat dua rakaat di atas air, kemudian dia memohon kepada Allah S.W>T agar kapal itu ditimbulkan semula bersama-sama hartanya.
Tidak berapa lama kemudian, kapal itu timbul sedikit demi sedikit sehingga terapung di atas air. Kesemua barang perniagaan dan lain-lain tetap seperti asal. Tiada yang kurang.
Setelah itu dinaikkan kesemua penumpang ke atas kapal itu dan meneruskan pelayaran ke tempat yang dituju. Apabila sampai di Madinah, peniaga yang berjanji dengan wali Allah itu terus menunaikan janjinya dengan membahagi-bahagikan harta kepada semua fakir miskin di Madinah sehingga tiada seorang pun yang tertinggal. Wallahu a'alam.
Thursday, May 13, 2010
Adakah anda orang baik?
Jawab yang lain, "Enam ratus ribu."
Lalu ia bertanya lagi, "Berapa banyak yang diterima ?"
Jawabnya, "Tidak seorang pun yang diterima, hanya ada seorang tukang sepatu dari Damsyik bernama Muwaffaq, dia tidak dapat berhaji, tetapi diterima hajinya sehingga semua yang haji pada tahun itu diterima dengan berkat hajinya Muwaffaq."
Ketika Abdullah bin Mubarak mendengar percakapannya itu, maka terbangunlah ia dari tidurnya, dan langsung berangkat ke Damsyik mencari orang yang bernama Muwaffaq itu sehingga ia sampailah ke rumahnya. Dan ketika diketuknya pintunya, keluarlah seorang lelaki dan segera ia bertanya namanya.
Jawab orang itu, "Muwaffaq."
Lalu abdullah bin Mubarak bertanya padanya, "Kebaikan apakah yang telah engkau lakukan sehingga mencapai darjat yang sedemikian itu?"
Jawab Muwaffaq, "Tadinya aku ingin berhaji tetapi tidak dapat kerana keadaanku, tetapi mendadak aku mendapat wang tiga ratus diirham dari pekerjaanku membuat dan menampal sepatu, lalau aku berniat haji pada tahun ini sedang isteriku pula hamil, maka suatu hari dia tercium bau makanan dari rumah jiranku dan ingin makanan itu, maka aku pergi ke rumah jiranku dan menyampaikan tujuan sebenarku kepada wanita jiranku itu.
Jawab jiranku, "Aku terpaksa membuka rahsiaku, sebenarnya anak-anak yatimku sudah tiga hari tanpa makanan, kerana itu aku keluar mencari makanan untuk mereka. Tiba-tiba bertemulah aku dengan bangkai himar di suatu tempat, lalu aku potong sebahagiannya dan bawa pulang untuk masak, maka makanan ini halal bagi kami dan haram untuk makanan kamu."
Ketika aku mendegar jawapan itu, aku segera kembali ke rumah dan mengambil wang tiga ratus dirham dan keserahkan kepada jiranku tadi seraya menyuruhnya membelanjakan wang itu untuk keperluan anak-anak yatim yang ada dalam jagaannya itu.
"Sebenarnya hajiku adalah di depan pintu rumahku." Kata Muwaffaq lagi.
Demikianlah cerita yang sangat berkesan bahwa membantu jiran tetangga yang dalam kelaparan amat besar pahalanya apalagi di dalamnya terdapat anak-anak yatim.
Rasulullah ada ditanya, "Ya Rasullah tunjukkan padaku amal perbuatan yang bila kuamalkan akan masuk syurga."
Jawab Rasulullah, "Jadilah kamu orang yang baik."
Orang itu bertanya lagi, "Ya Rasulullah, bagaimanakah akan aku ketahui bahwa aku telah berbuat baik?"
Jawab Rasulullah, "Tanyakan pada tetanggamu, maka bila mereka berkata engkau baik maka engkau benar-benar baik dan bila mereka berkata engkau jahat, maka engkau sebenarnya jahat."
Makanan Dari Hasil Tilik.
Abu Bakar menjawab, "Aku terlalu lapar sehingga aku lupa bertanya. Terangkanlah kepada aku di mana kamu mendapat makanan ini ?"
Hamba menjawab, "Sebelum aku memeluk Islam, aku menjadi tukang tilik. Orang-orang yang aku tilik nasibnya kadang-kadang tidak boleh membayar wang kepadaku. Mereka berjanji membayarnya apabila saja memperolehi. Aku berjumpa dengan mereka hari ini. Merekalah yang memberikan aku makanan ini."
Mendengar kata-kata hambanya, Abu Bakar memekik, "Ah! Nyaris-nyaris kau bunuh aku."
Kemudian dia cuba mengeluarkan makanan yang telah ditelannya. Ada orang yang mencadangkan supaya dia mengisi perutnya dengan air dan kemudian memuntahkan makanan yang ditelannya tadi. Cadangan ini diterima dan dilaksanakannya sehingga makanan itu dimuntahkan keluar.
Kata seorang pemerhati, "Semoga Allah mencucuri rahmat ke atasmu. Kamu telah bersusah-payah kerana makanan yang sedikit."
"Aku sudah pasti memaksanya keluar walaupun dengan berbuat demikian aku mungkin kehilangan jiwaku sendiri. Aku mendengar Nabi berkata, "Badan yang tumbuh subur dengan makanan haram akan merasai api neraka. Oleh kerana itulah maka aku memaksa makanan itu keluar takut kalau-kalau ia menyuburkan badanku."
Wednesday, May 12, 2010
Islam Hadhari dan Judi?
Ghani Minhat Bantah Lesen Pertaruhan Piala Dunia
KUALA LUMPUR, 12 Mei (Bernama) -- Cadangan Timbalan Menteri Kewangan Datuk Dr Awang Adek Hussin agar kerajaan membenarkan pertaruhan dilakukan semasa kejohanan bola sepak Piala Dunia tidak dipersetujui raja bola negara Datuk Abdul Ghani Minhat yang bimbang perjudian seperti itu akan turut melibatkan perlawanan liga tempatan.
Katanya jika pertaruhan Piala Dunia dibenarkan, pemilik lesen perjudian itu akan meminta pula perkara yang sama bagi liga tempatan dan ini akan membunuh pembangunan bola sepak negara yang baru tumbuh.
"Jangan cuba simbah minyak ke api nanti ianya akan membakar diri sendiri," katanya kepada Bernama di sini pada Rabu.
Baru-baru ini, Awang Adek meminta kerajaan menimbang kemungkinan mengeluarkan lesen bagi membenarkan pertaruhan dilakukan semasa kejohanan bola sepak Piala Dunia yang akan bermula di Afrika Selatan bulan depan sebagai langkah untuk mengurangkan aktiviti perjudian dan pertaruhan haram di negara ini.
Abdul Ghani, penyerang yang digeruni semasa eranya sekitar 60an, berkata beliau juga bimbang gejala rasuah yang pernah menyerang pasukan dalam Liga Malaysia pada tahun 1994 dan 1995, akan kembali mencemari bola sepak tempatan.
Liga Malaysia pernah dilanda rasuah pada tahun 1994 apabila 126 pemain dan jurulatih dipanggil untuk membantu siasatan. Akibatnya 58 daripada mereka dikenakan hukuman gantung selama satu hingga empat tahun oleh Persatuan Bola Sepak Malaysia (FAM) manakala 21 pemain dan jurulatih diberhentikan dan beberapa pemain dibuang daerah dan tidak dibenarkan menyertai pertandingan bola sepak kelolaan FAM seumur hidup.
Kesannya, Malaysia kehilangan pemain handalan yang ramai. Kelompok pemain yang didakwa pada tahun itu adalah antara yang terbaik pernah dilahirkan oleh negara.
Presiden Persatuan Bola Sepak Terengganu Datuk Che Mat Jusoh berkata beliau tidak menyokong sama sekali sebarang aktiviti yang berkaitan dengan perjudian dan pertaruhan yang membabitkan sukan kerana ia bukan sahaja haram daripada segi agama tetapi turut akan mengundang kepada perkara negatif.
"Bola sepak adalah sukan dan ianya tidak seharusnya dikaitkan dengan perjudian.
"Tidak wajar jika perjudian dicampur dengan sukan kerana motif kemenangan dalam perjudian ialah untuk diri sendiri manakala dalam sukan ianya adalah kejayaan yang diperoleh secara pasukan," katanya.
Seorang peminat bola sepak dari Johor yang hanya mahu dikenali sebagai Zamri mempunyai pandangan berbeza kerana beliau berpendapat adalah tidak salah untuk menggunakan hasil yang diperoleh daripada sumber perjudian selagi mereka yang beragama Islam tidak terlibat dalam aktiviti tersebut.
"Air dan minyak tidak dapat bercampur. Terpulang kepada setiap individu menilainya dan dalam hal ini kerajaan boleh menguatkuasakan undang-undung melarang individu beragama Islam untuk terlibat dalam aktiviti ini," katanya.
-- BERNAMA